Berbagai macam cara yang dilakukan untuk pengobatan batu empedu, tergantung kondisi yang dialami pasien. Untuk keberadaan batu empedu yang tidak menimbulkan gejala, seperti yang secara tidak sengaja terdeteksi melalui pemeriksaan penyakit lain, biasanya tidak diperlukan pengobatan sehingga cukup melakukan perubahan pola makan.
Sedangkan, untuk kasus dimana keberadaan batu empedu ditemukan dalam ukuran yang kecil, yakni di bawah 1,5 cm, dan menimbulkan gejala dan keluhan yang signifikan, biasanya dokter akan meresepkan obat-obatan untuk melarutkan dan mendorong pengeluaran batu melalui feses.
Itupun bila batu empedu yang ditemukan tergolong sebagai hasil penumpukan kolesterol, bukan batu empedu pigmen.
Sedangkan, untuk kasus dimana keberadaan batu empedu ditemukan dalam ukuran yang kecil, yakni di bawah 1,5 cm, dan menimbulkan gejala dan keluhan yang signifikan, biasanya dokter akan meresepkan obat-obatan untuk melarutkan dan mendorong pengeluaran batu melalui feses.
Itupun bila batu empedu yang ditemukan tergolong sebagai hasil penumpukan kolesterol, bukan batu empedu pigmen.
Dalam kasus dimana batu empedu adalah batu empedu pigmen dan jika obat-obatan yang diberikan sebelumnya tidak bekerja, sekalipun penggunaannya sudah dilakukan dalam jangka panjang, dokter seringkali akan merekomendasikan beberapa alternatif pengobatan batu empedu berikut.
Mari kita kenali beberapa diantaranya.
Endoscopic Retrograde Cholangio-Pancreatography (ERCP)
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya, ERCP yang merupakan salah satu metode diagnostik batu empedu, ternyata dapat sekaligus digunakan sebagai metode pengobatan batu empedu.
Apabila dalam prosedur awal ERCP ditemukan adanya batu dalam duktus koledokus, seketika itu juga batu akan dikeluarkan dengan prosedur sfingterotomi (membuka muara saluran) yang kemudian dilanjutkan dengan pengambilan batu.
Namun, bila batu yang ditemukan dalam saluran merupakan batu yang sifatnya keras, ditambah dengan kondisi muara saluran yang sempit, batu tidak akan dikeluarkan, melainkan dipecahkan dengan alat khusus.
Pada pasien batu empedu dengan usia lanjut, metode pengobatan batu empedu ini lebih cocok diterapkan bila dibandingkan dengan melakukan operasi yang tentu saja memiliki resiko yang cukup tinggi terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
Pengangkatan Kandung Empedu (Kolesistektomi)
Jika tidak ada perkembangan positif dari konsumsi obat-obatan pelarut batu empedu, maupun terapi ERCP, dokter akan merekomendasikan operasi pengangkatan batu empedu atau yang dikenal dengan istilah kolesistektomi.
Sejauh ini, ada dua macam teknik bedah kolesistektomi yang ada, yakni bedah kolesistektomi terbuka/tradisional dengan sayatan 6-14 cm dan bedah minimal invasif-kolesistektomi dengan hanya melakukan sayatan sebesar 0,5-1 cm, dengan keunggulan resiko perdarahan yang diminimalkan dan mempercepat proses pemulihan luka.
Meski memang efektif dalam hal menghilangkan gejala dan keluhan akibat batu empedu, cara ini sebenarnya tidak menyelesaikan masalah karena setelah prosedur kolesistektomi ini dijalani, tubuh Anda tidak lagi memiliki tempat untuk menampung cairan empedu yang sebenarnya dihasilkan oleh hati, bukan kandung empedu.
Lalu, kemana cairan empedu yang diproduksi tubuh akan mengalir? Setelah kandung empedu diangkat, cairan empedu akan langsung mengalir dari hati menuju usus kecil Anda.
Selama proses adaptasi yang sifatnya sementara, efek samping yang mungkin Anda alami sebagai akibat kolesistektomi antara lain berupa rasa kembung, mual, maupun diare.
Lamanya proses adaptasi tersebut tidak akan sama antara satu individu dengan individu lainnya. Bahkan setelah itu pun, pasca kolesistektomi dilakukan, Anda diwajibkan untuk melakukan perubahan yang drastis dalam pola hidup Anda, termasuk dalam hal makanan. Ya, tentu bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
Mengapa ini penting? Pasca kolesistektomi, pasien akan memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan sistem metabolisme tubuh sebagai dampak jangka panjang akibat ketiadaan kandung empedu yang seharusnya menjalankan peranan pentingnya dalam berbagai proses pencernaan, seperti diabetes, penyakit jantung, gangguan sistem saraf, dan lainnya.
Untuk mencegah berbagai dampak serius tersebut, pasien diwajibkan membatasi asupan makanan yang sarat lemak jenuh dan kolesterol. Selain itu, jumlah makanan yang dikonsumsi pun wajib dibatasi.
Akibatnya, untuk memenuhi nutrisi tubuh, seringkali pasien harus bergantung dengan berbagai macam suplemen vitamin dan mineral.
Mengingat berbagai dampak yang disebutkan di atas, pertimbangkan baik-baik jika dokter Anda menyarankan Anda menjalani metode pengobatan batu empedu ini.
Kolesistektomi adalah pilihan terakhir yang dapat Anda pertimbangkan jika memang berdasarkan penjelasan dokter, penyakit batu empedu yang Anda alami benar-benar serius dan mengancam jiwa.
Mari kita kenali beberapa diantaranya.
Endoscopic Retrograde Cholangio-Pancreatography (ERCP)
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya, ERCP yang merupakan salah satu metode diagnostik batu empedu, ternyata dapat sekaligus digunakan sebagai metode pengobatan batu empedu.
Apabila dalam prosedur awal ERCP ditemukan adanya batu dalam duktus koledokus, seketika itu juga batu akan dikeluarkan dengan prosedur sfingterotomi (membuka muara saluran) yang kemudian dilanjutkan dengan pengambilan batu.
Namun, bila batu yang ditemukan dalam saluran merupakan batu yang sifatnya keras, ditambah dengan kondisi muara saluran yang sempit, batu tidak akan dikeluarkan, melainkan dipecahkan dengan alat khusus.
Pada pasien batu empedu dengan usia lanjut, metode pengobatan batu empedu ini lebih cocok diterapkan bila dibandingkan dengan melakukan operasi yang tentu saja memiliki resiko yang cukup tinggi terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
Pengangkatan Kandung Empedu (Kolesistektomi)
Jika tidak ada perkembangan positif dari konsumsi obat-obatan pelarut batu empedu, maupun terapi ERCP, dokter akan merekomendasikan operasi pengangkatan batu empedu atau yang dikenal dengan istilah kolesistektomi.
Sejauh ini, ada dua macam teknik bedah kolesistektomi yang ada, yakni bedah kolesistektomi terbuka/tradisional dengan sayatan 6-14 cm dan bedah minimal invasif-kolesistektomi dengan hanya melakukan sayatan sebesar 0,5-1 cm, dengan keunggulan resiko perdarahan yang diminimalkan dan mempercepat proses pemulihan luka.
Meski memang efektif dalam hal menghilangkan gejala dan keluhan akibat batu empedu, cara ini sebenarnya tidak menyelesaikan masalah karena setelah prosedur kolesistektomi ini dijalani, tubuh Anda tidak lagi memiliki tempat untuk menampung cairan empedu yang sebenarnya dihasilkan oleh hati, bukan kandung empedu.
Lalu, kemana cairan empedu yang diproduksi tubuh akan mengalir? Setelah kandung empedu diangkat, cairan empedu akan langsung mengalir dari hati menuju usus kecil Anda.
Selama proses adaptasi yang sifatnya sementara, efek samping yang mungkin Anda alami sebagai akibat kolesistektomi antara lain berupa rasa kembung, mual, maupun diare.
Lamanya proses adaptasi tersebut tidak akan sama antara satu individu dengan individu lainnya. Bahkan setelah itu pun, pasca kolesistektomi dilakukan, Anda diwajibkan untuk melakukan perubahan yang drastis dalam pola hidup Anda, termasuk dalam hal makanan. Ya, tentu bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
Mengapa ini penting? Pasca kolesistektomi, pasien akan memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan sistem metabolisme tubuh sebagai dampak jangka panjang akibat ketiadaan kandung empedu yang seharusnya menjalankan peranan pentingnya dalam berbagai proses pencernaan, seperti diabetes, penyakit jantung, gangguan sistem saraf, dan lainnya.
Untuk mencegah berbagai dampak serius tersebut, pasien diwajibkan membatasi asupan makanan yang sarat lemak jenuh dan kolesterol. Selain itu, jumlah makanan yang dikonsumsi pun wajib dibatasi.
Akibatnya, untuk memenuhi nutrisi tubuh, seringkali pasien harus bergantung dengan berbagai macam suplemen vitamin dan mineral.
Mengingat berbagai dampak yang disebutkan di atas, pertimbangkan baik-baik jika dokter Anda menyarankan Anda menjalani metode pengobatan batu empedu ini.
Kolesistektomi adalah pilihan terakhir yang dapat Anda pertimbangkan jika memang berdasarkan penjelasan dokter, penyakit batu empedu yang Anda alami benar-benar serius dan mengancam jiwa.